Dalam proses penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar, seluruh Sekolah Islam Terpadu (SIT) menjadikan pendidikan karakter sebagai pilar utamanya. Untuk membentuk karakter bukanlah proses yang mudah. Tidak mudah memberi nasihat atau instruksi pada seorang anak yang masih memiliki insting untuk bertahan dan membela diri. Diperlukan banyak kesabaran, pembiasaan serta pengulangan.
Proses pendidikan karakter merupakan keseluruhan proses pendidikan yang dialami peserta didik sebagai pengalaman pembentukan kepribadian melalui memahami dan mengalami sendiri suatu nilai, seperti nilai moral dan nilai-nilai ideal agama. Ciri khas pendidikan karakter yang diterapkan pada SIT, salah satunya melalui pembiasaan ibadah. Sesuai pengembangan prinsip pendidikan nomor 1, yaitu menjadikan Islam sebagai landasan filosofis.
Peserta didik diharapkan mampu membiasakan ibadah rutin tanpa perlu dipaksa atau diperintah. Dengan penuh kesadaran diri, bahwa ibadah kepada Allah SWT merupakan kebutuhan rohani masing-masing. Ibadah kepada Allah SWT bukan semata suatu kewajiban, lebih dari itu, yaitu untuk menjadi kebutuhan yang kalau tidak terpenuhi maka akan merugikan diri sendiri.
Prinsip yang nomor 2 ialah mengintegrasikan nilai Islam ke dalam kurikulum pembelajaran. Sekolah memahami jika peserta didik hanya mendapat transfer ilmu pengetahuan, maka prinsip ini tidak akan terpenuhi. Bagaimana ketika seorang peserta didik belajar matematika tetapi tetap terhubung dengan nilai-nilai Islam? Inilah tugas sekolah, terutama para guru untuk selalu mengasah keterampilan mengajarnya. Perbanyak literasi mengenai Islam sehingga mampu menyampaikan nilai moral yang terkandung pada tiap mata pelajaran yang diajarkannya.
Selain itu, terdapat prinsip pendidikan nomor 6 yang tidak kalah pentingnya, yaitu melibatkan peran serta orang tua dan masyarakat dalam mendukung tercapainya tujuan pendidikan. Tidak dapat dipungkiri, diperlukan dukungan yang kuat dari berbagai pihak. Sekolah dan orang tua harus bekerjasama. Dalam hal ini menciptakan seorang peserta didik sekaligus muslim yang sebagaimana mestinya, seperti yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Dengan adanya kerja sama antara guru, orang tua, masyarakat lingkungan sekitar dan siswa, maka bukan tidak mungkin proses belajar mengajar akan jauh lebih mudah.
LPIT Fasihqu Center berhasil menggelar kegiatan Pelatihan Guru. Kegiatan ini berlangsung pada Jum’at, 26 Agustus 2022. Dimulai sekitar pukul 08.00 pagi hingga 11.00 siang. Peserta pelatihan adalah seluruh guru pengajar di SMPIT – MAIT Bina Insan Cendekia Kota Pasuruan. Pelatihan kali ini membahas materi pengantar IKM atau Implementasi Kurikulum Merdeka. Lembaga berkomitmen dengan serius untuk mempersiapkan era baru pendidikan.
Pembicara pada kesempatan saat itu ialah Ustadz Yuli Sugiarto. Beliau menyampaikan bahwa keterampilan mengajar setiap staf pengajar perlu diperhatikan peningkatannya baik dari segi kompetensi dan segi keteladanan. Guru tidak boleh mudah puas terhadap pencapaian. Perbaikan dan evaluasi senantiasa dilakukan. Hal ini semata agar capaian pendidikan di sekolah semakin baik dan berkualitas.
Keterampilan itu misalnya seperti mampu memahami capaian profil pelajar pancasila sesuai dengan amanat UUD 1945, membuat analisis diagnostik kepada seluruh siswa guna mengetahui kesiapan belajar masing-masing siswa dan mengetahui pemetaan setiap individunya.
Pelatihan ini akan berlanjut pada tahap berikutnya hingga diharapkan lembaga sekolah dan para guru pengajarnya sudah siap menerapkan kurikulum merdeka di unit sekolahnya.
Di dalam penerapan Kurikulum Merdeka, salah satu komponen pentingnya ialah projek penguatan Profil Pelajar Pancasila. Selain itu terdapat kegiatan intrakurikuler dan ekstrakurikuler. Ketiga komponen tersebut masuk ke dalam alokasi jam pelajaran di sekolah. Penjabaran mengenai Kurikulum Merdeka hingga Profil Pelajar Pancasila telah dikuatkan kembali oleh Ustadz Yuli Sugiarto, A.Md. Beliau merupakan Direktur Pendidikan di LPIT Fasihqu Center. Lembaga yang berada dibawah Yayasan Fasihul Qur’an.
Ustadz Yuli Sugiarto, A.Md.
Penjabaran tersebut beliau sampaikan ketika menjadi Pembina Upacara Peringatan HUT Kemerdekaan RI ke 77 tahun. Upacara dilaksanakan pada hari Rabu, 17 Agustus 2022. Petugas dan peserta upacara merupakan gabungan peserta didik di SMPIT-MAIT Bina Insan Cendekia Kota Pasuruan.
Profil Pelajar Pancasila menggunakan pendekatan pembelajaran berbasis projek kegiatan. Peserta didik diajak untuk menelaah tema-tema tertentu yang menjadi prioritas setiap tahunnya. Terdapat 6 Dimensi Profil Pelajar Pancasila beserta Elemennya, yaitu:
1. Dimensi Beriman, Bertakwa Kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan Berahlak Mulia.
Dimensi ini bermakna bahwa pelajar Indonesia diharapkan menjadi peserta didik yang berakhlak dalam hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa. Para pelajar perlu memahami ajaran agama dan kepercayaannya masing-masing, serta menerapkan hal itu di kehidupan sehari-hari mereka. Ada lima elemen kunci dalam dimensi ini, yaitu akhlak beragama, akhlak pribadi, akhlak kepada manusia, akhlak pada alam, dan akhlak bernegara. Adapun subelemen dari masing-masing elemen itu bisa dicermati dalam perincian di bawah ini.
a. Subelemen akhlak beragama: -Mengenal dan mencintai Tuhan Yang Maha Esa. -Pemahaman agama/kepercayaan. -Pelaksanaan ritual ibadah.
b. Subelemen akhlak pribadi: -Merawat diri secara fisik, mental, dan spiritual. -Integritas.
c. Subelemen akhlak kepada manusia: -Mengutamakan persamaan dengan orang lain dan menghargai perbedaan. -Berempati kepada orang lain.
d. Subelemen akhlak pada alam: -Memahami keterhubungan ekosistem bumi. -Menjaga lingkungan alam sekitar.
e. Subelemen akhlak bernegara: -Melaksanakan hak dan kewajiban sebagai warga negara RI.
2. Dimensi Berkebhinekaan Global
Dimensi ini mengarahkan agar pelajar Indonesia mempertahankan budaya luhur, lokalitas, serta identitasnya, sembari tetap berpikiran terbuka dalam berinteraksi dengan budaya lain. Hal ini diharapkan menumbuhkan perasaan saling menghargai dan potensi terbentuknya kultur baru yang positif sekaligus tidak bertentangan dengan budaya luhur bangsa. Dimensi Berkebhinekaan Global mempunyai 4 elemen, yakni mengenal dan menghargai budaya, kemampuan komunikasi interkultural dalam berinteraksi dengan sesama, refleksi dan tanggung jawab terhadap pengalaman kebinekaan, serta berkeadilan sosial. Sejumlah subelemennya ada di bawah ini.
a. Subelemen Mengenal dan Menghargai Budaya: -Mendalami budaya dan identitas budaya. -Mengeksplorasi dan membandingkan pengetahuan budaya, kepercayaan, serta praktiknya. -Menumbuhkan rasa menghormati terhadap keanekaragaman budaya.
b. Subelemen Komunikasi dan Interaksi Antar-Budaya -Berkomunikasi antar-budaya. -Mempertimbangkan dan menumbuhkan berbagai perspektif.
c. Subelemen Refleksi dan Tanggung Jawab terhadap Pengalaman Kebinekaan -Refleksi terhadap pengalaman kebinekaan. -Menghilangkan stereotip dan prasangka. -Menyelaraskan perbedaan budaya.
d. Subelemen Berkeadilan Sosial -Aktif membangun masyarakat yang inklusif, adil, dan berkelanjutan. -Berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan bersama -Memahami peran individu dalam demokrasi.
3. Dimensi Bergotong-Royong
Dimensi memuat visi bahwa para pelajar Indonesia memiliki kemampuan bergotong-royong, yaitu kapasitas melakukan kegiatan secara bersama-sama dengan suka rela agar dapat berjalan lancar, mudah dan ringan. Terdapat tiga elemen utama dalam Dimensi Bergotong-Royong, yakni kolaborasi, kepedulian, dan berbagi. Berikut subelemen dari masing-masing elemen Dimensi Bergotong-Royong.
a. Subelemen Kolaborasi: -Kerja sama -Komunikasi untuk mencapai tujuan bersama -Saling-ketergantungan positif -Koordinasi Sosial.
b. Subelemen Kepedulian: -Tanggap terhadap lingkungan Sosial -Persepsi sosial.
c. Subelemen Berbagi: -Berbagai hal berharga dengan orang-orang di lingkungan sekitar.
4. Dimensi Mandiri
Dimensi ini memuat pemahaman bahwa para pelajar Indonesia merupakan pelajar mandiri. Dalam dimensi ini, pelajar diharapkan dapat bertanggung jawab atas proses dan hasil belajarnya. Ada 2 elemen kunci dalam Dimensi Mandiri, yaitu kesadaran akan diri dan situasi yang dihadapi, serta regulasi diri. Subelemen dari masing-masing elemen tersebut sebagai berikut.
a. Subelemen Pemahaman Diri dan Situasi yang Dihadapi: -Mengenali kualitas dan minat diri serta tantangan yang dihadapi -Mengembangkan refleksi diri.
b. Subelemen Regulasi Diri: -Regulasi emosi -Penetapan tujuan belajar, prestasi, pengembangan diri, dan rencana strategis untuk mencapainya -Menunjukkan inisiatif dan bekerja secara mandiri -Mengembangkan pengendalian dan disiplin diri -Percaya diri, tangguh (resilient), dan adaptif.
5. Dimensi Bernalar Kritis
Dengan adanya dimensi ini, pelajar yang bernalar kritis diharapkan mampu bersikap objektif saat memproses informasi baik kualitatif maupun kuantitatif. Pelajar Indonesia yang bernalar kritis juga didorong bisa memahami keterkaitan antara berbagai informasi, menganalisis informasi, sekaligus mengevaluasi dan menyimpulkannya. Sejumlah elemen di dalam Dimensi Bernalar Kritis adalah: memperoleh dan memproses informasi dan gagasan, menganalisis dan mengevaluasi penalaran, merefleksi pemikiran dan proses berpikir dalam pengambilan keputusan. Berikut sejumlah subelemen dalam Dimensi Bernalar Kritis.
a. Subelemen Memperoleh dan memproses informasi dan gagasan: -Mengajukan pertanyaan -Mengidentifikasi, mengklarifikasi, serta mengolah informasi dan gagasan.
b. Subelemen Menganalisis dan mengevaluasi penalaran: -Menganalisis masalah -Mengevaluasi penalaran -Mengevaluasi dan menganalisis prosedur penalaran.
c. Subelemen Merefleksi dan proses berpikir: -Merefleksi pemikiran sendiri -Mengevaluasi pemikiran sendiri -Menyampaikan pemikiran sendiri.
6. Dimensi Kreatif
Dimensi ini memuat visi bahwa pelajar Indonesia yang kreatif bisa memodifikasi dan menghasilkan sesuatu yang orisinal, bermakna, bermanfaat, dan berdampak. Elemen kunci dalam Dimensi Kreatif ada tiga, yaitu menghasilkan gagasan orisinal, menghasilkan karya dan tindakan orisinal, memiliki keluwesan berpikir dalam mencari alternatif solusi. Berikut ini sejumlah subelemen dalam dimensi ini.
a. Subelemen Menghasilkan Gagasan Orisinal: -Menggabungkan beberapa gagasan menjadi ide yang bermakna -Menggabungkan beberapa gagasan menjadi ide imajinatif.
b. Subelemen Menghasilkan Karya dan Tindakan Orisinal: -Mengeksplorasi dan mengekspresikan pikiran dalam bentuk karya atau tindakan -Mengapresiasi dan mengkritisi karya atau tindakan.
c. Subelemen Memiliki Keluwesan Berpikir dalam Mencari Alternatif Solusi: -Mengidentifikasi gagasan-gagasan kreatif -Membandingkan gagasan-gagasan kreatif -Merumuskan solusi alternatif.
Baca selengkapnya di artikel “6 Dimensi Profil Pelajar Pancasila Beserta Elemen dan Subelemennya”, https://tirto.id/guzL
Sejak 17 Agustus 1945, bangsa Indonesia telah berhasil memproklamasikan kemerdekaan negaranya. Perjuangan kemerdekaan ini merupakan bukti sejarah para pahlawan dan pejuang bangsa masa lalu. Kini para generasi muda, khususnya para pelajar yang akan meneruskan perjuangan itu. Bangsa yang besar adalah bangsa yang mampu belajar dari sejarah bangsanya sendiri. Refleksi yang bisa pelajar lakukan tidak terbatas dalam mempelajari sejarah bangsa saja, lebih dari itu, banyak hal yang bisa mereka lakukan demi memaknai kemerdekaan bangsa secara nyata.
Lalu, bagaimana cara para pelajar masa kini untuk mengisi kemerdekaan?
Berikut beberapa hal yang bisa kalian lakukan untuk mengisi kemerdekaan:
1. Cinta Produk dalam Negeri
Apakah selama ini kalian gemar membeli produk branded dari luar negeri? Jika iya, yuuk segera kita kurangi atau bahkan hentikan sikap seperti ini. Karena apa? Tanpa disadari, hal tersebut justru dapat mematikan pertumbuhan dari brand-brand lokal di tanah air. Padahal banyak produk UMKM sekarang yang kualitasnya semakin bagus dan tidak kalah dari produk luar negeri.
Jika kalian para pelajar mampu menumbuhkan rasa bangga dengan membeli produk buatan dalam negeri, maka hal ini akan membuka kesempatan produk tersebut berkembang semakin pesat, dan mampu mendorongnya agar dikenal oleh masyarakat dunia yang lebih luas. Bahasa kerennya Go International yagesya!
2. Toleransi kepada Sesama
Jika dahulu kemerdekaan bangsa diraih para pemuda yang berhasil bersatu melawan penjajah, maka semangat ini mesti mampu kita bawa sampai sekarang. Seperti yang kita ketahui, masyarakat Indonesia begitu beragam, mulai dari budaya, bahasa daerah, ras, suku hingga agama. Perbedaan ini telah mampu dibuktikan dengan kemerdekaan bangsa yang diraih karena rasa persatuan. Rasa persatuan inilah yang dinilai kuat karena para pejuang dahulu mampu memberikan rasa toleransi yang kuat kepada sesamanya.
Sepatutnya kita harus bisa mencontoh inspirasi ini. Di jaman kekinian, dimana sudah waktunya kita berkolaborasi bersama. Tidak ada lagi sentimen mengenai berbagai perbedaan, sehingga upaya maksimal untuk memajukan Indonesia dapat terwujud.
3. Belajar dengan Giat
Perubahan negara berkembang menuju negara maju salah satunya bisa diukur melalui aset SDM atau Sumber Daya Manusianya. Aset besar suatu negara jika mampu mencetak SDM dengan nilai unggul. Mengisi kemerdekaan bagi para pelajar bisa dilakukan dengan belajar dengan giat. Banyak program pemerintah yang dibentuk demi perbaikan kualitas sumber daya manusia.
Mari lebih giat dan bersungguh-sungguh dalam belajar. Hal ini bisa diraih jika seluruh stakeholder, mulai pemerintah hingga generasi muda bersatu. Berbagai akses pendidikan kini lebih mudah, penuhi target sekolah minimal 12 tahun. Lanjutkan dengan mencari beasiswa untuk ke perguruan tinggi di Indonesia hingga luar negeri.
Usaha memulihkan pendidikan kembali pasca pandemi, negara Indonesia melalui Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikburistek) membuat kebijakan untuk mengembangkan Kurikulum Merdeka. Satuan pendidikan bisa memiliki opsi tambahan dalam rangka melakukan pemulihan pembelajaran selama 2022-2024. Kebijakan terkait kurikulum nasional selanjutnya akan dikaji ulang pada 2024 berdasarkan evaluasi selama masa pemulihan pembelajaran.
Sekolah saat ini masih boleh memilih kurikulum yang digunakan di satuan pendidikan masing-masing, antara lain: Kurikulum 2013, Kurikulum Darurat, dan Kurikulum Merdeka. Sekolah tetap dapat menggunakan kurikulum 2013 ini sembari menyiapkan diri untuk menerapkan kurikulum Merdeka. Setiap sekolah dapat menerapkan Kurikulum Merdeka secara bertahap berdasarkan kesiapan masing-masing.
Apa Kurikulum Merdeka itu?
Kurikulum Merdeka adalah kurikulum yang berdasarkan pada esensi belajar, di mana tiap siswa memiliki bakat dan minatnya masing-masing. Sebelumnya kurikulum merdeka ini dikenal sebagai kurikulum prototipe, yang dikembangkan menjadi kerangka kurikulum yang lebih fleksibel dan berfokus pada materi esensial serta pengembangan karakter dan kompetensi siswa.
Karakteristik Kurikulum Merdeka, antara lain:
Pembelajaran berbasis proyek untuk pengembangan soft skills siswa dan karakter sesuai profil pelajar Pancasila.
Fokus pembelajaran pada materi esensial membuat pembelajaran lebih mendalam bagi kompetensi dasar seperti literasi dan numerasi.
Guru memiliki fleksibilitas untuk melakukan pembelajaran yang berbeda sesuai kemampuan siswa dan melakukan penyesuaian dengan konteks dan muatan lokal.
Kriteria Sekolah yang menerapkan Kurikulum Merdeka
Kurikulum Merdeka dipercaya dapat membuat pembelajaran lebih sederhana, fokus, dengan beban materi yang lebih ringan. Meski tidak ada seleksi pada proses pendaftaran sekolah yang ingin menerapkan Kurikulum Merdeka, namun sekolah harus memenuhi kriteria yaitu memiliki minat dan komitmen menerapkan kurikulum Merdeka untuk memperbaiki pembelajaran di sekolahnya.
Mengenal Kurikulum Merdeka adalah kepentingan bagi kita semua. Hal ini untuk meminimalisir tingkat kesalahpahaman terhadap pelaksanaan kurikulum merdeka. Pada pelaksanaannya, diharapkan dapat kembali melejitkan potensi anak bangsa dengan penerapan pembelajaran yang lebih sederhana dan mendalam.